The Marvellous World of Belahan Jiwa

Senin, 15 September 2008

Below adalah artikel salah satu BJers - Eko yg waktu ikut acara KopDar BJ, rafting di Ciberang.. dimuat di harian online - KabarIndonesia ....
Makasiy banyak ya Ko ...




15-Sep-2008, 00:35:39 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Saat pertamakali, menginjakkan kaki di pinggir Sungai Ciberang, Banten, beberapa waktu (16/8) lalu. Timbul rasa was-was yang menggelora dalam dada. Maklumlah, ini pertamakalinya, saya melihat derasnya aliran sungai. Apalagi, terdengar teriakan riuh seru para penunggang perahu karet yang meluncur di antara jeram-jeram Sungai Ciberang.

Perahu karet, pelampung badan, helm, dan dayung adalah peralatan “wajib” dipergunakan para pecinta arung jeram saat berpetualang di air. Semua penuh dengan sejuta tantangan. Jangan pernah melakukannya, jika nyali Anda mudah ciut. Secara kebetulan, KabarIndonesia berkesempatan mengobrol dengan Iyus Yusup Suptandar, salah seorang pengurus penyelenggara wisata rafting di sana, tentang awal mulanya Sungai Ciberang ini, mulai dipakai sebagai sarana arung jeram.

Menurut Iyus, sebenarnya sudah lama terlihat potensi tersebut. “Cuma baru bisa direalisasikan pada tahun 2007 kemarin,” ujar pemilik wisata rafting Sungai Ciberang di saung Rest Area Desa Muhara, Lebak, Banten. Itupun, karena ada investor yg berani menanamkan modalnya di sana. Setelah itu, barulah alur sungai sedikit “dibersihkan”, agar supaya lebih layak untuk dipakai pengarungan. “Hitung-hitung, baru sekitar 11 bulan yang lalu, operasional wisata rafting di Sungai Ciberang dijalankan.

Operatornya, kemudian dipercayakan kepada dedengkotnya arung jeram Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Cabang Banten. Karena, memang mereka yang paling mengetahui seluk-beluk urusan perarung-jeraman ini. Selanjutnya, Iyus menuturkan, saat pelampung sudah melekat dibadan, helm sudah menempel di kepala, kaki pun melangkah menaiki perahu karet. Jantung berdebar keras.

Tidak lama kemudian, perahu sudah meluncur dengan ayunan dayung para skipper. Perahu pun melaju kencang di antara jeram-jeram dan onggokan bebatuan. Masih menurut pemaparan Iyus, pengarungan pun semakin menegangkan, sekaligus mengasyikkan pula. Keindahan panorama Sungai Ciberang, bukit, gunung, dan tebing menghiasi bantaran sungai. Semakin serulah, petualangan arung jeram di Sungai Ciberang ini.

Bagaimana kalau perahu tiba-tiba terbalik? “Di samping itu, para skipper sibuk dengan dayungnya, agar perahu yang ditumpangi peserta berjaIan mulus. Tak terasa, jarak menuju garis finish pun semakin dekat Jeram-jeram Sungai liar Ciberang yang panjangnya sekitar 12 kilometer sudah dilalui, kami pun tiba di tempat menjelang akhir petualangan,” terang Iyus saat menggambarkan, bagaimana suasana yang mendebarkan saat ber-rafting di Sungai Ciberang.

Mendengar ceritanya, rasanya arus deras dan onggokan batu-batu besar itu, menjadi satu tantangan bagi para skipper (pemandu perahu) ataupun para pecinta petualangan arus liar arung jeram. Untuk sekedar menghilangkan penat dan suntuknya kesibukan kota yang bising, atau memang sengaja mencari tantangan. Tentu saja, bagi para pecinta olah raga air dan wisata petualangan yang nota bene berbasis olahraga ini, bukan saja modal uang yang harus dipersiapkan, melainkan nyali pun harus besar.

Lokasi arung jeram Sungai Ciberang ini, terletak di Kampung Muhara, Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten itu, dapat diakses dari berbagai arah. Misalnya, dari arah Jakarta via Balaraja (Kabupaten Tangerang), dengan kecepatan jarak tempuh 100 kilometer, memakan waktu sekitar 2,5 jam, bila menggunakan kendaraan pribadi atau umum (bis).

Sedangkan, arah perjalanan dari Jakarta via Bogor, jarak yang ditempuh mencapai sekitar 110 kilometer, dengan menghabiskan waktu perjalanan sekitar 2 hingga 4 jam. Sementara, arah perjalanan dari Serang via Pandeglang dan Rangkasbitung, jarak yang harus ditempuh mencapai 80 kilometer, dengan waktu perjalanan sekitar 2 jam.

Arung jeram merupakan olahraga petualangan yang memiliki tantangan yang cukup besar. Dengan kondisi air sungai yang debitnya cukup besar, Sungai Ciberang dapat dimanfaatkan sebagai wisata arung jeram, dan bisa dilakukan sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun di musim hujan. Aliran sungai Ciberang ini, dinilai cocok sebagai tempat untuk berarung jeram. Karena, jeramnya cukup menantang dan dengan kesulitan yang beragam dengan kategori kelas 2-3 menurut standar FAJI yang mengacu pada standar asosiasi arung jeram internasional, America Whitewater Assocation (AWA).

Sehingga, cocok untuk olahraga dan wisata arung jeram, baik bagi kelompok keluarga (family trip) maupun kelompok petualangan (adventure trip). Alur sungai yang dipergunakan untuk arung jeram sepanjang 8-12 kilometer. Di lokasi utama arung jeram telah dipersiapkan fasilitas Rest Area seluas 10.000 meter persegi, juga dibangun sarana peribadatan (mesjid) dan beberapa sarana pendukung bagi wisata lainnya, seperti dok start (tempat sandar perahu), beberapa gazebo untuk beristirahat, bilik air dan bilik ganti pakaian.

Debit air sungai di saat transisi perubahan iklim seperti sekarang ini, sulit ditebak. Di musim hujan, air malah bisa menjadi surut. Walau secara tak terduga bisa naik juga, karena curah hujan yang ekstrem. Toh, bagi para pencinta wisata arung jeram, ketidakstabilan itu, tak menjadi masalah. Sebab, siapa pula yang mengerti, apa sebenarnya yang tersembunyi di balik setiap perjalanan petualangan.

Wajar bila sungai yang berhulu di Gunung Halimun tersebut memiliki pasokan air yang baik. Mengingat, di kawasan itu terdapat Taman Nasional Gunung Halimun, yang masih memiliki areal hutan lindung. Terbukti, pada pertengahan April 2008 lalu, stok air Ciberang masih terlihat cukup. Bagi beberapa rafter (sebutan, bagi pengarung jeram) andal dari Banten Rafting Club, juga mengakuinya.

“Air terbilang normal untuk diarungi, kalau mencapai angka debit ketinggian air 60 cm. Sebulan ini, debit ketinggian air rata-rata 40 cm,” ujar Agus, selaku penanggung jawab Banten Rafting Club. Siang hari, persis di bawah saung-saung yang disediakan khusus, bagi para penikmat arung jeram, start pengarungan dimulai. Ketinggian air saat itu tercatat 30 cm, berarti air masih terbilang di bawah normal.

Ajang Kopi Darat

Terlihat beberapa peserta dari salah satu komunitas milis, BelahanJiwa yang ingin menjajal liarnya arus Sungai Ciberang, tampak tengah santai, seraya mempersiapkan diri dan mengatur pengarungan.

Milis BelahanJiwa (mailinglist: Belahan_Jiwa@yahoogroups.com) atau yang disingkat BJ merupakan sebuah komunitas milis yang resmi terbentuk sejak tahun 2007 lalu, yang bertujuan untuk membangun jaringan pertemanan dan persahabatan bagi mereka yang masih berstatus lajang. Dengan membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi setiap anggotanya untuk saling berkenalan, berinteraksi dan mengenal satu dengan lainnya.

Dan, lewat kegiatan arung jeram ini dimanfaatkan pula, sebagai ajang “kopi darat” alias acara temu muka secara langsung (off air) para anggotanya, yang selama ini, lebih banyak memanfaatkan waktu pertemuannya melalui interaksi lewat jaringan dunia maya, internet (on air). Sekaligus, mengisi waktu liburan dari kejenuhan rutinitas kesibukan masing-masing anggotanya, baik yang sudah bekerja, maupun yang masih kuliah.

Peserta yang berjumlah sebanyak 17 orang ini, terbagi dalam empat perahu karet. Masing-masing didampingi pemandu lokal (skipper) sebagai penunjuk arah dan bertugas membantu bila terjadi keadaan darurat. Sebagai tindakan antisipatif pihak Banten Rafting Club menurunkan satu perahu khusus tim advance atau rescuer. Bahkan, sudah dipersiapkan mobil atau truk jemputan di titik tengah (Desa Ciladaeun, Lebak, Banten) dan titik akhir pengarungan (Desa Leuwih Bujal, Lebak, Banten).

“Untuk keperluan mendadak yang perlu cepat,” jelas Agus. Karakter jeram di bagian awal pengarungan tak terlalu sulit, dengan tipe jeram kelas 2, yang tak memerlukan banyak manuver dan keahlian arung jeram tingkat lanjut. Sedikit repot, memang, di sebuah dam berketinggian dua meter. Tapi, dengan teknik dasar keseimbangan dan kuda-kuda yang baik, menuruni dam itu, bukanlah masalah besar. Lainnya, hanya ada satu kompleks jeram yang patut diperhatikan.

Namanya, jeram zig-zag. Dengan karakter batu-batu sebesar lemari besar, perahu harus sering bermanuver. Layaknya, seperti pereli drag race tengah ber-slalom test. Repotnya, di jeram ini, keadaan sungai di depan tak terdeteksi dengan jelas. Sehingga, sulit merancang manuver. Panjang jeram juga tak bisa dianggap main-main, bisa mencapai 200 meteran. Mengingat karakter jeram seperti itu, sulit ditemui di sungai-sungai lainnya yang berada di Pulau Jawa , atau bahkan, di sungai mana pun di seluruh Indonesia. Rafting? Arung Jeram?….Siapa takut…!!!

Semarang, September 2008

Oleh : Bambang Eko Nugrahanto

1 comments:

Anonim mengatakan...

emang gelo pisan mah ntu acara rafting
ga ku ku
hahahaha

parla

Posting Komentar

ShareThis

Related Posts with Thumbnails